GEMPA BUMI,
TAK SEKEDAR BENCANA ALAM
Abu Ubaidah As Sidawi
Seringkali kita membaca komentar para penulis dan ilmuwan di media pasca kejadian gempa bumi atau Tsunami yang mengatakan bahwa faktor penyebab terjadinya gempa hanyalah karena faktor alam dan letak geografis daerah bencana yang dekat dengan laut.
Namun, benarkah hanya sekedar itu sebagai faktor penyebab terjadinya gempa?! Apakah tidak ada faktor lain yang lebih dominan daripada itu?!
Gempa pertama pada masa Islam terjadi pada zaman Umar bin Khoththob. Simaklah ucapan Shofiyyah: “Pernah terjadi gempa bumi di Madinah pada masa Umar sehingga roboh beberapa pagar, lalu Umar berkhutbah: “Wahai penduduk Madinah, alangkah cepatnya kalian berubah. Demi Allah, seandainya gempa terulang lagi maka saya akan keluar dari kalian (karena khawatir menimpa dirinya juga)”.(Diriwayatkan al-Baihaqi dalam Sunan-nya 3/342, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf 2/473 dengan sanad yang shahih, sebagaimana dalam Maa Shohha Mina Atsar Shohabah 1/517 oleh Zakariya bin Ghulam al-Bakistani).
Perhatikanlah alangkah cerdasnya pemahaman Khalifah Umar! Tatkala beliau mendapati peristiwa aneh yang belum pernah terjadi pada zaman Nabi, maka beliau mengetahui bahwa umat ini telah berbuat suatu hal baru yang menjadikan Allah merubah keadaan bumi.(Al-Adzab Al-Adnaa hlm. 92 oleh Dr. Muhammad as-Suhaim).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “*Gempa termasuk tanda kekuasaan Allah yang Allah timpakan untuk menimbulkan ketakutan pada hambaNya seperti halnya gerhana matahari atau bulan dan peristiwa-peristiwa dahsyat semisalnya. Kejadian-kejadian tersebut memiliki sebab dan hikmah.
Salah satu hikmahnya adalah untuk menimbulkan ketakutan*. Adapun faktor penyebabnya, di antaranya adalah meluapnya uap dalam bumi sebagaimana air dan angin yang meluap di tempat yang sempit. Kalau meluap, sejatinya tentu ingin cari tempat keluar sehingga bumi terpecah dan terjadi gempa di bumi sekitar. Adapun ucapan sebagian orang bahwa sebabnya adalah karena kerbau menggerakkan kepalanya sehingga menggerakkan bumi, maka ini adalah kejahilan yang sangat nyata sekali. Seandainya benar demikian niscaya akan terjadi gempa pada semua bumi padahal tidak demikian perkaranya”. (Majmu Fatawa 24/264).
Adapun penisbatan peristiwa ini kepada alam semata, maka itu termasuk kebodohan dan kelalaian yang jauh dari tuntunan agama. Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’I telah membantah pemikiran ini secara panjang lebar dalam risalahnya yang berjudul “Idhohul Maqol fii Asbabi Zilzal war Roddu Ala Malahidah Dzulal”.
Di akhir kitab tersebut, beliau mengatakan: “Dari penjelasan lalu dapat disimpulkan bahwa gemba bumi bisa jadi cobaan dari Allah dan bisa jadi peringatan dari Allah karena sebab dosa hamba. Dan semua itu dengan takdir Allah sebagaimana telah lalu dalilnya.
Adapun orang yang mengatakan karena sebab alam jika maksudnya adalah dengan takdir Allah dan karena sebab dosa maka tidak kontradiksi dengan dalil, namun bila mereka berkeyakinan hanya sekedar faktor alam semata maka ini sangat bertentangan dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits dan ini merupakan pemikiran yang menyimpang”. (Idhohul Maqol fi Asbabi Zilzal hlm. 42).
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata dalam “Atsar Dhunubi wal Ma’ashi” hlm. 9: “Sesungguhnya kebanyakan manusia sekarang menganggap bahwa musibah yang menimpa mereka baik dalam bidang perekonomian, keamanan atau politik disebabkan karena faktor-faktor dunia semata. Tidak ragu lagi bahwa semua ini merupakan kedangkalan pemahaman mereka dan lemahnya iman mereka serta kelalaian mereka dari merenungi Al-Quran dan sunnah Nabi”. Sesungguhnya di balik musibah ini terdapat faktor penyebab syar’I yang lebih besar dari faktor-faktor duniawi. Allah berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Ruum: 41)